Thursday, September 06, 2007

Nikmatnya Sepiring Lontong

Minggu yang lalu seorang sahabat saya mengeluh bahwa kolesterolnya tinggi dan tekanan darahnya meningkat akibat banyak makan daging dan makanan berlemak. Sahabat lain yang saat itu juga ada disitu menuturkan bahwa dirinya sudah tidak lagi merasakan nikmat ketika makan daging, sate dan yang sejenisnya, kenikmatan yang dulu sangat dirasakannya kini makin berkurang dan menghilang. Barangkali karena sangat sering memakan yang seperti itu, tambahnya.

Sangat jauh berbeda dengan pemandangan yang tadi pagi saya lihat di pasar 16 Ilir Palembang. Seorang Bapak tukang angkat barang belanjaan pasar, berusia sekitar 48 tahun, dengan keranjang di pundaknya, pakaiannya lusuh dan sudah sangat usang, badannya kurus dan nampak tidak terawat. Bertanya kepada penjual lontong sayur di sebelah saya, berapa satu piring? tanyanya. Dua ribu lima ratus, jawab si penjual. Entah mengapa, nampak Bapak ini ragu-ragu untuk membelinya. Setelah berfikir, akhirnya ia pun memesan satu piring. Begitu pesanannya diberikan, ia menunjuk beberapa potongan lontong yang tercecer di meja saat si penjual melayani para pembeli sebelumnya. "Itu masukkan sini, yang itu juga, yang itu juga" katanya memohon kepada penjual. Si penjual kemudian memasukkan lontong-lontong tadi ke dalam piringnya. Kemudian dengan lahapnya Bapak tadi makan, dalam waktu yang sangat singkat piring pun sudah bersih.

Saat ia mengeluarkan beberapa lembar uang ribuan, saya bilang kepadanya "Biar sekalian saya saja Pak yang bayar". Semula dia menolak, namun kemudian ia mau saya bayarin. Beberapa kali ia mengucapkan terimakasih, sambil mengangkat keranjang ke pundaknya ia pun pamit duluan. Dari wajahnya saya dapat merasakan betapa gembira hatinya saat itu.

Sambil mengajak istri pulang belanja, saya ceritakan peristiwa tadi, "Yang, kalau tidak sangat lapar tidak mungkin Bapak tadi mau makan potongan-potongan lontong yang terjatuh dan sebagian sudah kotor" kata saya. Sepanjang jalan tak henti kami memikirkan hal itu.

2 comments:

Alif TheAnbu Syahid said...

yah,perlu syukur untuk dapat menikmati sehirup nafas,
hidup kita tidak seluruhnya matematika dan angka-angka. Ada dimensi non matematis dan di luar angka-angka logis

Au' said...

Bapak sungguh beruntung dpt momen, kesempatan dan niat baik itu pun datang dgn sendirinya.