Tuesday, April 08, 2008

Lukisan Diri

Kita adalah pelukis dari potret diri kita masing-masing.. Kita akan menjadi apa nantinya ditentukan oleh sikap kita, perbuatan kita dan segala sesuatu yang kita pelajari.


Bukan kita yang menilai kita itu jadi apa. Tapi orang yang merasakan manfaat dari keberadaan kita. Maka.. jadilah bermanfaat bagi semua orang, semua makhluk dan bukan hanya pada sekelompok orang.. Mampukah berbagi tanpa ingin diberi.. seperti matahari?..

Saturday, April 05, 2008

Benteng Diri

Benteng diri adalah sesuatu yang mampu menjaga diri kita untuk tetap baik dan tidak terjatuh dalam kerusakan. Benteng diri terkuat adalah menyibukkan diri dalam ketaatan. Sehingga Sang diri tidak punya waktu lagi untuk yang lain.

Seorang Ustadz berpesan: “Sibukkan dirimu dalam ketaatan, jika tidak maka nafsumu menyibukkanmu dalam kemaksiatan!”. Ketaatan akan berbuah ketenangan dan kebahagiaan. Sedangkan kemaksiatan akan membawa kegelisahan dan kesusahan. Mari memilih!.

Jadilah Matahari

Ketika sulit ditemukan jalan yang baik. Ketika sulit dibedakan yang putih dari yang hitam. Ketika kegelapan terjadi di mana-mana.

Maka... Jadilah matahari!
Setia datang untuk menyinari di setiap pagi. Memberikan cahayanya tanpa kenal lelah dan bosan. Selalu cerah dan ramah di semua cuaca yang ada. Selalu menghangatkan dan tidak membakar.

Menuju Sukses

Ada cita-cita yang ingin dicapai; ada keinginan yang akan diraih; ada target yang akan dituju. Kesungguhan dan kesabaran adalah kunci utama semua itu.

Demi setetes madu. Seseorang bersungguh-sungguh mencari tempat lebah bersarang, bersusah payah memanjat sebatang pohon yang besar, bercucuran keringat, menguras tenaga dan menghadapi sengatan lebah. Ia pun bersabar menjalani semua itu... Barulah ia memperoleh madu.

Wednesday, April 02, 2008

Tugas Kita Hanya Sedikit

Ada seorang teman bercerita bahwa dirinya sudah dua tahun tidak melakukan puasa wajib Ramadhan. Sementara teman yang lainnya mengaku bahwa ia enggan melakukan shalat lima waktu. Bagaimana ini?.

Kepada keduanya saya katakan bahwa sesungguhnya tugas-tugas dari Allah yang harus kita kerjakan dalam hidup ini sangatlah sedikit, itupun masih ada keringanan-keringanan bagi kita dikala sulit dan berat mengerjakannya. Sedangkan pemberian Allah kepada kita sungguh sangatlah banyak dan tidak terhitung jumlahnya.

Tentu masing-masing kita sadar bagaimana saat kita dilahirkan. Saat itu masing-masing kita miskin, tidak punya apa-apa; bodoh, tidak tau apa-apa dan lemah, tidak bisa berbuat apa-apa. Kasih dan sayang Allah-lah yang membuat kita kaya, pandai dan kuat... Coba hitung, berapa liter air ciptaan Allah yang telah kita gunakan sejak kita dilahirkan hingga saat ini?, berapa tabung oksigen yang telah kita hirup selama ini?, berapa banyak sinar matahari yang telah kita gunakan sehari-hari?, berapa banyak tumbuhan dan binatang telah kita makan?, dan seterusnya... Mampukah kita menghitung semua nikmat Allah yang telah kita rasakan?.

Pantaskah kita keberatan melakukan sholat 5 waktu yang keseluruhannya hanya butuh waktu sekitar 1 jam, sementara Allah memberikan waktu untuk kita 24 jam?. Pantaskah kita keberatan berpuasa 30 hari, sementara kita dibebaskan untuk makan dan minum selama 335 hari yang lainnya?. Mari belajar berfikir cerdas!

Di Balik Banjir

Banjir datang lagi, longsor terjadi lagi, kesulitan-kesulitan hidup tak pernah henti menghampiri!. Siapa yang salah di sini?. Air, hutan, gunung, hujan, tanah? … atau siapa lagi?.

Mari kita mencari tahu, dan berusaha melihat "kenapa semua ini terjadi"?. Tidak ada lagikah salah dalam diri kita, hingga kita enggan untuk berkaca dan berbenah?… Pernahkah kita bertanya tentang bagaimana hubungan kita dengan Sang Pencipta, sesama manusia dan alam semesta ini?... Sudah sangat baikkah?.

Pasti ada hikmah di balik semua kejadian ini. ingatlah, Seringkali kesulitan membuat kita bisa melihat sesuatu yang tidak bisa kita lihat dalam kenikmatan.