Monday, October 29, 2007

5 Semangat Setelah Ramadhan

Ramadhan adalah bulan tarbiyah, bulan latihan untuk menjadikan kita sebagai hamba-Nya yang bertaqwa. Dengan taqwa kesulitan kita diberi jalan keluar, diberi rizki dari jalan yang tak di sangka-sangka, urusan kita dimudahkan, dan kesalahan kita dimaafkan. Dengan taqwa, kita akan selamat dan berbahagia di dunia dan akhirat.

Ada lima semangat Ramadhan yang harus selalu kita miliki agar taqwa selalu bersama kita. Yaitu semangat belajar, beramal, bersabar, bersaudara dan peduli.

Ramadhan telah memotivasi kita untuk rajin belajar. Sejak bulan Rajab dan Sya'ban kita mengkaji tentang hal-hal yang terkait dengan Ramadhan, kajian ini berlanjut hingga Ramadhan usai kita lalui. Kuliah subuh, kajian dhuha, kultum ba'da dhuhur dan asar, ceramah menjelang taraweh, pesantren kilat, kajian kitab, dan aktifitas keilmuan lainnya semarak kita saksikan di mana-mana pada bulan tersebut.

Ramadhan telah mengajak kita untuk memperbanyak amal, di waktu siang dan malam hari. Shaum, shalat tarawih, tadarrus Quran, dzikir dan lain-lain, kita kerjakan dengan semangat saat itu. Tidak hanya kuantitas, kualitas pun selalu kita jaga.

Ramadhan telah melatih kita untuk bersabar. Bersabar untuk taat kepada-Nya semata-mata, meninggalkan maksiat, menanggung ujian dan menerima takdir, dalam situasi dan kondisi apapun, dalam suka maupun duka. Kesabaran itu terbukti, saat siang hari perut kita lapar, tenggorokan kita haus, kita tidak makan dan minum walaupun di depan kita banyak makanan dan minuman, dan tidak ada seorangpun yang melihat kita.

Ramadhan telah membimbing kita untuk bersaudara. Perbedaan jumlah rakaat taraweh, perbedaan masjid tempat beri'tikaf, perbedaan penetapan awal dan akhir Ramadhan, dan perbedaan-perbedan lain-nya, tidak menghalangi kita untuk hidup bersama dengan harmonis, saling menasehati dalam kebenaran, kesabaran dan kasih sayang. Ramadhan mengajarkan kepada kita untuk terbiasa mencari titik temu dan persamaan, saling menolong dalam kesepakatan dan toleransi dalam perbedaan.

Ramadhan telah mengajari kita untuk peduli. Memberi makanan berbuka bagi orang yang berpuasa, memperbanyak infaq, mengeluarkan zakat, saling mendoakan. Adalah bukti kepedulian kita kepada sesama. Kita berusaha untuk selalu memberikan yang terbaik bagi siapa saja yang memerlukan. Kita selalu berbuat baik, sebagaimana Allah telah berbuat baik kepada kita.

Mari terus belajar, beramal, bersabar, bersaudara dan peduli. Untuk selamanya!

Latihan Sabar

Sekian banyak nilai-nilai tarbiyah yang diberikan oleh Allah melaui sarana Ramadhan, diantaranya adalah kesabaran. Kesabaran untuk selalu taat kepada Allah, meninggalkan maksiat dan menerima semua ketetapan Allah dengan hati yang lapang.

Kita tidak boleh makan di siang hari meskipun sangat lapar dan tidak boleh minum meskipun sangat haus, tidak boleh berkata-kata dan berbuat yang tidak baik dan lain-lain. Adalah tarbiyah dari Allah agar kita menjadi orang yang sabar.

Orang yang sabar akan meninggalkan sesuatu yang dilarang oleh Allah meskipun seenarnya ia sangat ingin melakukannya. Sebaliknya ia mengerjakan segala sesuatu yang diperintahkan oleh Allah meskipun sebenarnya ia tidak suka untuk mengerjakannya. Bagi orang yang sabar, aturan Allah adalah panduan bagi gerak dan diamnya, ridha Allah adalah tujuan dalam kesehariannya.

Selain itu, orang yang sabar selalu kembali kepada Allah dalam setiap kesulitannya, menerima semua ketetapan-Nya dengan hati yang lapang, tidak larut dalam penyesalan panjang, bahkan sebaliknya ia sangat yakin bahwa di balik semua kejadian, ada hikmah dan pelajaran yang bisa diambil agar ke depan lebih baik lagi.

Kembali Ke Fitri

Idul Fitri artinya kembali ke fitri. Fitri artinya suci, kembali ke fitri berarti kembali menjadi suci. Ini dapat kita capai karena satu bulan penuh kita bersungguh-sungguh memohon ampun atas segala perbuatan dosa yang telah lalu, menyesalinya, berjanji dan bertekad untuk tidak mengulanginya lagi, dan menebusnya dengan bersungguh-sungguh melakukan kebaikan sepanjang siang dan malam.

Fitri juga berarti fitrah, kembali ke fitri berarti kembali kepada fitrah, fitrah kita di mana Allah menjadikan masing-masing kita berada di atasnya saat terlahir di dunia ini.

Fitrah kita adalah bertauhid, tidak syirik;
fitrah kita adalah taat, tidak suka maksiat;
fitrah kita adalah suka berbuat baik, benci perbatan buruk;
fitrah kita adalah menyayangi, tidak membenci;
fitrah kita adalah memaafkan, bukan pendendam;
fitrah kita adalah suka memberi, benci kekikiran;
fitrah kita adalah suka belajar dan mengajar, benci kejumudan;
fitrah kita adalah pejuang yang berani, bukan pemalas dan penakut;

Mari kembali kepada fitri, kini dan nanti!

Monday, October 15, 2007

6 Hari Pilihan

Salah satu ibadah sunnah yang sangat dianjurkan untuk kita kerjakan di bulan Syawwal ini adalah Shaum sunnah selama 6 hari. Shaum ini sangat mudah untuk kita kerjakan, kita bisa mengerjakannya berturut-turut selama 6 hari, bisa juga terpisah-pisah. Bisa kita kerjakan di awal bulan, pertengahan atau di akhirnya, yang penting masih di bulan Syawwal. Kecuali pada tanggal 1 Syawwal karena kita tidak boleh shaum pada tanggal itu.

Rasulullah menjelaskan: "Barang siapa telah selesai melakukan shaum Ramadhan, kemudian ia mengikutinya dengan shaum 6 hari di bulan Syawwal, maka ia bagaikan shaum selama satu tahun penuh (HR. Muslim)

Begitu istimewa dan mudahnya shaum ini, merugilah orang yang tidak mengerjakannya.

Friday, October 12, 2007

'Id Mubarok

تقبل الله منا ومنكم
Semoga Allah menerima amal ibadah kita

Selamat 'Idul Fitri 1428 H
Mohon maaf lahir & batin

Salam Dari Ketua MPR Kita

Kembali ke fitri kini dan nanti

Mohon maaf
lahir & batin


Idul Fitri adalah mentari pagi
yang mencahayai semesta hati yang gulita

Idul Fitri adalah kebeningan dan kejernihan
yang menyejukkan setiap jiwa yang kerontang

Selamat Idul Fitri
Selamat mereguk indahnya hidup
dalam suasana fitri sampai nanti

Salam Hormat
DR. H.M Hidayat Nur Wahid, MA.
dan kawan-kawan

Pingsan Demi Uang 10 Ribu

Pada hari Rabu 10 Oktober 2007. Warga miskin di Pati, Jawa Tengah mengantri untuk mendapatkan paket zakat berupa uang 20 ribu rupiah beserta paket sembako murah. Saling dorong dan berebut antar mereka terjadi, karena jumlah zakat yang dibagikan hanya untuk 600 penerima, sementara yang datang seribu orang lebih.

Di hari yang sama ribuan warga miskin antre berjam-jam di depan rumah dinas Bupati Bantul, Yogyakarta, Idham Samawi untuk mendapatkan zakat sebesar Rp 20 ribu rupiah per orang. Karena Sang bupati menyiapkan 7.000 paket zakat, dan yang antre jumlahnya lebih banyak maka ratusan warga miskin harus pulang dengan hati sedih karena tidak kebagian.

Di hari yang sama ribuan warga miskin di Stadion Sriwedari Kota Solo, Jawa Tengah, berebut paket sembako gratis senilai 50 ribu yang dibagikan oleh Pemerintah setempat kepada warganya. Pembagian ini diwarnai keributan dan saling dorong, karena merasa khawatir tidak kebagian. Padahal paket sembako tersebut sangat berarti bagi mereka di saat harga bahan pokok sudah tak terjangkau. Ada sebagian warga yang tergencet dan sejumlah anak terpaksa dievakuasi dari kerumunan massa.

Pada hari Kamis 11 Oktober 2007. Sekitar sepuluh ribu warga miskin Kota Kediri dan sekitarnya berdesakan untuk mendapatkan pembagian sedekah lebaran berupa uang 10 ribu hingga 20 ribu rupiah dari kantor unit I PT Gudang Garam Kediri, Jawa Timur. Hingga terjadilah aksi saling dorong. Puluhan anak dan orangtua terjatuh pingsan dan terinjak-injak.

Sadaraku, andai saja mereka tidak sangat kekurangan, akankah mereka rela mengantri dengan susah payah dan berharap seperti itu?. Pemandangan di atas menunjukkan betapa masih banyaknya orang yang hidup dalam kekurangan di negeri ini. Lalu ke mana kekayaan negara yang berlimpah, ke mana pemerintah, ke mana wakil-wakil rakyat, ke mana orang-orang kaya dan ke mana pula sadara-saudara mereka seiman?.

Diri Yang Kikir

Sering kali, kita mencaci peminta-minta yang datang menghampiri, mencela pengemis yang menghiba belas kasihan. Sementara itu, kita tidak pernah bertanya masih adakah orang yang hidupnya susah dan butuh bantuan kita, kita tidak pernah mencari orang yang kurang makan untuk kita beri sedikit dari makanan kita, kita tidak pernah mencari orang yang pakaiannya usang untuk kita beri pakaian pengganti, bahkan kita juga tidak pernah mau tahu, di mana mereka yang tidak punya tempat tinggal berteduh dari panasnya matahari dan dinginnya air hujan. Inikah diri kita yang kita banggakan?

Memberi Setiap Hari

Komunitas manusia di manapun berada sangat menjunjung tinggi kedermawanan. Siapa yang suka memberi pasti dicintai dan siapa yang kikir pasti dibenci. Kedermawanan tidaklah identik dengan kekayan. Ada orang yang tergolong mampu secara finansial namun ia tidak suka memberi, sebaliknya ada orang yang hidupnya pas-pasan bahkan bisa dikatakan penuh dengan kekurangan namun ia suka dan selalu memberi. Ternyata kedermawanan sangat tergantung pada kepribadian seseorang, sedangkan kepribadian sangat dipengaruhi oleh keimanan, dalam hal ini terutama keimanan tentang ketentuan rizki dari Allah untuk hamba-hamba-Nya.

Bagi seorang muslim tidak ada alasan untuk tidak menjadi dermawan. Karena Rasulullah adalah orang yang sangat dermawan; pahala memberi dilipat gandakan oleh Allah dan pelakunya dicintai; pemberian pada hakekatnya tidaklah mengurangi harta, justru dengan memberi pintu-pintu rizki makin terbuka, harta menjadi berkah dan hati menjadi bersih dari sifat-sifat tercela seperti kikir, tamak, tidak peduli dan lain-lain; bahkan setiap pagi ada dua malaikat turun ke bumi, yang satu mendoakan kebaikan bagi orang yang memberi, dan yang satu lagi mendoakan kerusakan bagi orang yang tidak mau memberi.

Mari memberi setiap hari, dan ingatlah “Tidak ada orang kaya karena kikir, sebagaimana tidak ada orang jatuh miskin karena ia suka memberi!”

Buah Menolong Orang Lain

Rasulullah bersabda: ”Barangsiapa membebaskan satu kesusahan seorang mukmin dari kesusahan-kesusahan dunia, maka Allah akan membebaskannya dari satu kesusahan diantara kesusahan-kesusahan akhirat. Barangsiapa memberikan kemudahan kepada orang yang kesulitan, maka Allah akan memudahkannya di dunia dan akhirat. Barangsiapa yang menutup aib seorang muslim, maka Allah akan menutupi aibnya di dunia dan akhirat. Dan Allah akan selalu menolong seorang hamba selama hamba tersebut menolong saudaranya” (HR. Muslim)

Monday, October 01, 2007

Menyayangi

Dalam hidup ini tak seorangpun bisa terlepas dari kebaikan dan kasih sayang orang lain. Tanpa kita sadari, ternyata sejak dalam kandungan banyak sekali yang telah berbuat baik dan sayang kepada kita. Orang tua, handai tolan, sanak famili, kerabat, tetangga, teman, guru-guru kita, dan masih banyak lagi yang lainnya, adalah orang-orang yang menyayangi kita dan telah banyak membantu kita dalam urusan hidup ini. Andai saja semuanya tidak sayang kepada kita dan tidak mau membantu kita, niscaya sangat banyak kesulitan hidup kita alami.

Siapakah yang menjadikan mereka menyayangi kita?. Dia-lah Allah yang Maha Pengasih dan Penyayang. Kasih dan sayang-Nya tiada bertepi. Kasih sayangnya telah menggerakkan orang-orang yang ada di sekitar kita menjadi sayang kepada kita.

Agar kasih dan sayang itu selalu ada diantara kita, maka kita harus selalu menjaganya, menyiramnya agar ia selalu tumbuh dan bersemi dalam diri kita sepanjang waktu. Rasulullah mengingatkan, siapa menyayangi maka ia akan disayangi. Sebaliknya siapa yang tidak menyayangi, ia pun tidak akan disayangi. Karena itu, mari kita hiasi setiap detik dalam hidup ini dengan berbagi kasih dan sayang dengan sesama ciptaan Allah.

Jangan Tinggalkan Yang Kecil

“Jangan tinggalkan perbuatan baik sekecil apapun, meski hanya sekedar berseri muka saat berjumpa dengan saudaramu” demikian pesan Rasulullah.


Kesempatan berbuat baik di masa hidup ini sangatlah banyak, bisa kita lakukan dimana saja dan kapan saja. Sekecil apapun perbuatan baik tidak boleh kita meremehkannya, justru kita hendaklah bersegera untuk melakukannya selagi berkesempatan. Apalagi kita tidaklah tahu pasti, mana diantara kebaikan-kebaikan itu yang diterima oleh Allah sehingga dibalas dengan yang lebih baik oleh-Nya atau menyelamatkan kita dari siksa-Nya yang sangat pedih. Demikian sebaliknya sekecil apapun perbuatan maksiat hendaklah segera kita tinggalkan. Jangan melihat kecilnya sebuah maksiat tapi hendaklah kita lihat kepada siapa kita bermaksiat. Kita harus takut, jangan-jangan maksiat yang menurut kita kecil itulah yang menyebabkan kita terhalang mendapatkan rahmat dan keberkahan dari Allah. Atau maksiat itulah yang membuat urusan dunia dan akhirat kita menjadi sulit.

Cukuplah dua kisah Rasulullah menjadi pelajaran. Tentang seorang wanita pelacur yang masuk surga karena memberikan minum kepada seekor anjing yang sangat kehausan. Dan seorang wanita yang lain masuk neraka karena mengurung seekor kucing dan tidak memberinya makan.

10 Hari Istimewa

Rasulullah sangat bersungguh-sungguh di 10 hari terakhir bulan Ramadhan, melebihi kesungguhan di hari-hari sebelumnya. Beliau mengencangkan ikat pinggangnya, menghidupkan malamnya, membangunkan keluarganya, dan beri’tikaf di masjid.

I’tikaf 10 hari terakhir bulan Ramadhan Beliau lakukan setiap tahun hingga beliau wafat. Sedangkan di bulan Ramadhan terakhir di mana Beliau hidup, i'tikaf Beliau lakukan selama 20 hari. Kebaikan ini kemudian delanjutkan oleh istri-istri Beliau dan para shahabat.

Begitulah Rasulullah di 10 hari terakhir bulan Ramadhan, sementara Beliau adalah orang terbaik dan ma'shum, serta telah diampuni dosa-dosanya yang telah lalu dan yang akan datang. Sekarang bagaimana dengan kita di 10 hari terakhir bulan Ramadhan ini?