Thursday, June 28, 2007

Kemenangan

Banyak orang mengatakan bahwa hidup adalah perjuangan. Belajar adalah berjuang, begitu pula menikah, mencari nafkah, mengasuh anak, membantu orang tua, membantu orang lain, menasehati, semua adalah perjuangan.

Sudah menjadi kelaziman dalam setiap perjuangan ada kemenangan dan ada kekalahan. Setiap pejuang tentulah selalu ingin menang. Namun kapan kemenangan perjuangan kita peroleh?.

Imam Ahmad bin Hambal saat dipenjara dalam perjuangannya membela kebenaran, ditanya oleh muridnya, “Tahukah engkau wahai Syaikh, kebatilan kini telah mengalahkan kita” tanya mereka. Dengan tegas Beliau menjawab, “Tidak, sekali-kali kita tidak kalah, selama kebenaran berada di dada kita.”

Istiqamah dalam kebenaran dalam kondisi apapun adalah kemenangan hakiki. Karenanya, dimanapun kita berada dan apapun yang kita lakukan dalam perjuangan hidup ini, kita adalah pemenang, ya kita pemenang, selama kebenaran bersarang di dada kita.

Mari menjadi pemenang!

Agar Perbedaan Terasa Indah

Terkadang perbedaan pendapat membuat seseorang tidak bisa dekat dengan yang lain. Bahkan tidak jarang kebencian, cacian, dendam dan permusuhan terjadi disebabkan adanya perbedaan pendapat.

Padahal jika tahu kuncinya, adanya perbedaan pendapat justru membuat kita bisa saling melengkapi, menyayangi dan bersinergi, sehingga hidup ini terasa semakin indah, seindah warna-warni pelangi dan aneka warna bunga di taman. Mau tahu kuncinya?.

Pertama, realita menunjukkan bahwa di setiap komunitas sekecil apapun pasti terjadi perbedaan pendapat. Semakin dicari-cari maka semakin terlihat banyaknya perbedaan antara yang satu dengan yang lainnya.

Kedua, tugas kita bukanlah menolak, mencela atau memusuhi pendapat yang berbeda, melainkan menyimak setiap pendapat yang ada, sedapat mengkin menemukan yang terbaik untuk diikuti.

Ketiga, tugas kita adalah mencari titik temu kemudian bekerjasama dalam hal-hal yang disepakati dan toleransi dalam hal-hal yang tidak kita sepakati.

Keempat, saling mencintai, menyayangi, menasehati, menolong dan meringankan beban hidup sesama adalah kewajiban setiap orang yang beriman, meskipun diantara mereka banyak terdapat perbedaan pendapat.

Kelima, sadarilah bahwa adanya perbedaan pendapat adalah kehendak Allah, jika saja Dia mau tidak ada kesulitan sedikitpun untuk menjadikan tiap-tiap kita satu pendapat dalam segala hal.

Mari ciptakan keindahan dalam perbedaan!

Kita Harus Bersama

Dalam hidup ini banyak tugas dan masalah yang harus dihadapi. Secara fitrah Allah menciptakan masing-masing orang penuh dengan keterbatasan. Tidak ada satu orangpun yang sempurna, sehingga bisa menyelesaikan segala permasalahan hidup sendirian.

Dengan kebersamaan kekurangan yang satu bisa ditutup oleh kelabihan yang lain. Dan banyak tugas yang bisa kita selesaikan dengan lebih baik, yang berat akan terasa ringan dan yang ringan menjadi semakin ringan.

Bagaikan sebuah bangunan yang kokoh, itulah ungkapan kesatuan kita dalam ikatan Islam. Sebuah bangunan menjadi kokoh karena terdiri dari banyak bagian yang berbeda-beda, membentuk satu kesatuan. Yang satu menguatkan bagian yang lain, saling terkait berkelindan.

Tidak akan menjadi kokoh sebuah bangunan, atau bahkan tidak bisa disebut bangunan jika ia hanya terdiri dari satu bahan saja, batu bata saja misalnya, atau tumpukan pasir saja, tidak bisa.

Sebutir pasir menjadi sangat berarti dalam sebuah bangunan karena ia bersama-sama dengan yang lainnya. Apalah artinya sebutir pasir jika ia sendirian.

Dalam kesendirian, kita lemah, banyak kekurangan dan lebih mudah dikalahkan oleh setan. Karenanya kita harus bersatu agar kuat bagai seikat sapu lidi yang tidak mudah untuk dipatahkan.

Intinya. Kita harus menjalin kersama dan membangun kebersamaan dalam lingkup sekecil apapun. Harus kita sadari bahwa kita memiliki banyak kekurangan yang perlu ditutup oleh kelebihan yang lain.

Superman saja tidak bisa melakukan segala hal sendirian. Ternyata tugas Superman hanya satu, yaitu memberantas kejahatan. Lalu bagaimana dengan man yang bukan super seperti kita?.

Kesempatan Yang Terbaik

Tidaklah sulit bagi Allah memenangkan agama-Nya di muka bumi. Sangat mudah bagi Allah menjadikan semua manusia sebagai orang-orang baik dan taat kepada-Nya.

Adanya rintangan agama dan masih banyaknya orang yang menyimpang dari jalan-Nya adalah kesempatan yang dibuka oleh Allah untuk siapa saja yang mau menjadi orang yang terbaik, sebagai penyeru ke jalan-Nya.

Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: "Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang menyerah diri?" (QS. 41 ayat 33)

Mari berlomba untuk menjadi yang terbaik dengan mengajak sebanyak mungkin orang untuk kembali ke jalan-Nya.

Surga Milik Siapa?

“Sesuai dengan kadar kesungguhan engkau mendapatkan apa yang kau inginkan” begitu kata pepatah. Namun demikian demi terwujudnya sebuah keinginan kesungguhan saja belumlah cukup, harus ada upaya-upaya lain yang dilakukan. Jika dengan sungguh-sungguh saja belum tentu terwujud, bagaimana halnya jika tidak sungguh-sungguh?.

Saya pernah bertemu dengan seorang pemuda, entah falsafah ngawur dari mana ia jadikan pedoman, dengan bangga ia menyatakan prinsip hidupnya, “muda foya-foya, tua kaya raya dan mati masuk surga” katanya. “Memangnya surga milik siapa?” komentar saya kepadanya.

Masuk Surga Dulu

Salah satu motivasi yang kami berikan kepada anak-anak agar mereka rajin beribadah dan berbuat kebaikan adalah jika mereka rajin beribadah akan disayangi Allah dan dimasukkan ke dalam surga.

“Memangnya di surga dikasih apa?” tanya mereka. “Di surga apa saja yang kita inginkan pasti diberikan oleh Allah” jawab ummi mereka (isteri saya). “Kalau minta robot dikasih ga?” tanya anak nomor satu, memang sejak kecil robot-robotan adalah mainan kesukaannya. “Ayuk mau minta boneka barby” kata anak yang nomor dua, karena memang ia suka sekali boneka barby.

Sementara anak nomor tiga berfikir, “Ahmad minta apa ya?”, umminya menjawab, “Yang penting kita bisa masuk surga dulu, setelah itu pingin minta apa saja pasti dikasih.”

Jangan Sedihkan Kehidupan

Mari merenung sejenak, saat dilahirkan kita membawa apa. Uang, pakaian, kendaraan, rumah, gelar, pangkat, kedudukan?. Ternyata masing-masing kita terlahir tidak membawa apa-apa. Miskin, lemah dan bodoh, itulah diri kita.

Kasih sayang-Nya membuat kita memiliki harta, kuat dan pandai.

Kalau begitu untuk apa berbangga dengan apa yang ada dan bersedih atas apa yang tiada?.

Hidup Semakin Nikmat

”Kita harus banyak bersyukur” itulah yang salalu menjadi tema perbincangan saya, istri dan anak-anak setiap kami merasakan tambahan karunia dari Allah. Rizki setiap hari Allah berikan kepada kita, dalam bentuk apapun, tak terhitung jumlahnya. Dan janganlah kita mengeluh saat merasa kekurangan. Karena sedikit yang ada akan terasa nikmat jika saja kita pandai mensyukurinya.

Setiap pulang dari mana saja dan bertemu dengan mereka kembali saya selalu katakan, ”Mana syukurnya?”, ”alhamdulillah Abi sudah pulang” kata mereka, ”walau oleh-olehnya sangat sedikit, alhamdulillah kembali dengan selamat” tambah mereka lagi. Makin nikmat rasanya hidup ini.

Awal Masalah

Pernahkan saudara merasakan “ada masalah” setiap bertemu dengan orang lain?. Bertemu istri ada masalah, bertemu anak ada masalah, bertemu tetangga, bertemu teman kantor atau siapa saja, selalu saja terjadi masalah. Kalau jawabannya pernah demikian atau bahkan sering, maka renungkanlah jangan-jangan sebenarnya diri saudara sendiri yang sedang bermasalah.

Mari kita mengingat, indahnya sinar matahari pagi menjadi masalah bagi orang yang sakit mata, sejuknya udara terasa dingin dan tidak nyaman bagi orang yang sedang demam, sebagaimana air yang segar terasa pahit di lidahnya. Bukan matahari, udara atau airnya yang bermasalah, namun sang badanlah yang sedang ada masalah.

Mari kita selesaikan masalah-masalah kehidupan dengan mengevaluasi dan memperbaiki diri sendiri terlebih dahulu, kemudian turut aktif dalam perbaikan orang lain. Orang bijak mengingatkan, “Perbaiki dirimu dan ajak yang lain, sepanjang hayat dikandung badan”

Khusnul Khotimah

Hari semakin senja, kematian makin mendekat. Tak satupun tahu kapan saat gilirannya tiba. Tak sedikit yang menyatakan keinginannya untuk mendapatkan husnul khotimah di akhir hidupnya, namun tak banyak yang mengetahui bagaimana caranya mendapatkan khusnul khotimah tersebut.

Sebenarnya ada kiat praktis agar mudah mendapatkan keinginan tersebut. Pertama, Jadikan selalu hari ini lebih baik dari kemaren dan esok lebih baik dari hari ini. Kedua, setiap pertambahan usia iringi dengan pertambahan amal dan keikhlasan. Mudah bukan?

Jangan Jenuh Berbuat Baik

Belajar dan beramal adalah dua aktifitas yang harus dilakukan setiap orang jika ingin menjadi baik dan lebih baik. Namun demikian, kejenuhan adalah satu kondisi yang selalu dialami oleh manusia dalam setiap rutinitas.

Untuk menghindari kejenuhan saya selalu ingat apa yang dipesankan oleh Ustadz Khairul Hadi, pengasuh Islamic Centre Lumajang. “Lakukan aktifitas dengan berfariasi, ketika merasa jenuh melakukan suatu kebaikan, berpindahlah pada kebaikan yang lain. Jika merasa jenuh mempelajari sesuatu, berpindahlah ke pelajaran yang lain, atau belajarlah dengan cara atau sarana yang berbeda. Dengan demikian insyaallah semangat bisa tetap kita jaga” begitu pesan Beliau.

Alhamdulillah, pesan ini sangat banyak membantu bagi saya untuk tetap belajar dan beramal dari waktu ke waktu. Saudara punya nasehat yang lain?

Bergeraklah Laksana Air

Kehidupan di dunia berjalan dan berputar bagaikan roda. Peristiwa demi peristiwa terjadi silih berganti. Kebaikan, kejelekan, sukses, kegagalan, senyum dan tangisan. Semua selalu terjadi di sepanjang sejarah kehidupan ini.

Satu waktu kita bergembira di saat yang lain kita berduka. Senyum dan tangis selalu menghiasi kehidupan kita, sebagai sebuah romantika yang indah untuk dikenang.

Jangan lalui hidup ini seperti batu maka kita akan pecah, jangan pula jalani seperti besi maka akan berkarat. Laluilah hidup ini bagaikan air, bergerak dan mengalir setiap waktu. Air yang mengalir akan jernih, bahkan ia membersihkan kotoran-kotoran yang dilaluinya. Sedangkan air yang tergenang akan keruh, kotor, berbau dan menjadi sarang penyakit. Bergeraklah!, karena bergerak menjadikan kita tetap baik. Bergeraklah selalu menuju kebaikan bersama orang-orang yang baik!.

Tuesday, June 12, 2007

Rehat Sejenak





Ada saat beraktifitas, ada saat beristirahat. Hiduplah dengan seimbang, berikan hak-hak diri dengan adil. Selamat mendengarkan

Monday, June 11, 2007

Menjadi Orang Cerdas

Orang cerdas adalah orang yang selalu mengambil pelajaran dari apa yang dilihat, didengar dan dirasakan.

Ia tidak akan mengabaikan apa yang dilihatnya, tidak akan melewatkan apa yang didengarnya, dan tidak akan melupakan apa yang dirasakannya. Sebelum memetik pelajaran dari semua itu.

Semua akan dijadikannya pelajaran, untuk meningkatkan kualitas dan kapasitas dirinya, agar selalu bisa melangkah lebih baik lagi.

Belajar dari sejarah, dari alam, dari orang lain, bahkan dari dirinya sendiri. Adalah gaya hidup orang cerdas.

Dari setiap pelajaran itu, orang cerdas mempersiapkan dirinya, bagi kehidupan setelah kematiannya.

Mari, menjadi orang cerdas!

Pilihan Kematian

"Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendatipun kamu di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh ..." QS. 4: 78

Kita duduk-duduk santai saja di rumah, atau melakukan aktifitas di luar rumah.
Kita melakukan dosa-dosa setiap saat, berpindah dari satu dosa ke dosa yang lainnya, tak kenal henti.
Atau kita selalu mentaati Allah, hidup sesuai dengan aturan-Nya, meneladani Rasul-Nya, berjuang di jalan-Nya dengan segenap kemampuan, ...

Bagi semua keadaan itu kematian pasti menemui. Setiap kita akan mati, apapun perbuatan kita dalam kehidupan ini.

Masing-masing deberi keleluasaan memilih, dan masing akan mempertanggung jawabkan perbuatannya. Masing-masing akan menuai sesuai yang ditanamnya saat hidup di dunia ini.

Mari kita berfikir,

Kematian Terindah

Kematian terindah adalah mati dalam perjuangan di jalan Allah. Orang yang mendapatkan kematian ini disebut syahid. Banyak sekali kebaikan bagi orang yang mendapatkan kematian ini, Rasulullah bersabda:


للشهيد عند الله ست خصال : يغفر له في أول دفعة من دمه - و يرى مقعده من الجنة - ويجار من عذاب القبر ، ويأمن من الفزع الأكبر ، ويوضع على رأسه تاج الوقار الياقوتة منها خير من الدنيا وما فيها ، ويزوج اثنتين وسبعين زوجة من الحور العين ، يشفع في سبعين من أقاربه

"Ada enam hal yang disediakan di sisi Allah untuk orang yang mati syahid: Diampuni dosa-dosanyanya sejak tetes pertama darahnya; diperlihatkan kepadanya tempatnya di surga; dijauhkan dari siksa kubur; diamankan dari guncangan yang dahsyat; diletakkan di atas kepalanya mahkota waqar yang terbuat dari permata yaqut, yang lebih baik dari dunia dan segala yang ada di dalamnya; dinikahkan dengan 72 bidadari; memberikan syafaat bagi 70 orang kerabatnya." (HR. Ahmad, At-Turmudzi, dan Ibnu Majah dengan sanad yang sahih)

Begitu besarnya keutamaan ini, begitu nikmat terasa, begitu indahnya. Orang-orang yang beriman pasti berlomba-lomba untuk mendapatkannya.

Tuesday, June 05, 2007

Hari Semakin Senja

Tidak terasa, sudah sekian lama kita hidup di dunia. Kini, sebagian kita ada yang berusia 30 tahun, ada yang berusia 40 tahun, ada yang sudah 50 tahun, ada yang lebih atau kurang dari itu.

Di usia berapapun kita saat ini, yang jelas kita semakin tua, jatah usia yang diberikan Allah untuk kita semakin tinggal sedikit, semakin habis. Bagi masing-masing orang, hari semakin senja. Saat kematian makin mendekat. Tak satupun bisa menolak, tak satupun bisa minta diperlambat atau dipercepat datangnya kematian untuk dirinya.

Setelah hari kematian, semua perbuatan, sekecil apapun akan dibalas, semua yang kita kerjakan akan dimintai pertanggung jawaban.

Di akhir hayatnya, ada orang yang memohon, "Ya Rabb-ku, mengapa Engkau tidak menangguhkan (kematian)ku sebentar saja, sehingga aku segera bersedekah dan aku termasuk orang-orang yang saleh?."

Kesempatan baginya sudah habis, penyesalan tiada lagi berguna. Akankah kita seperti dia?.

Friday, June 01, 2007

Waktu Istimewa

Angin berhembus sepoi-sepoi, embun menetes sangat pelan, kelap-kelip bintang begitu indahnya menghiasi angkasa raya, terkadang bulanpun menampakkan diri dengan senyum ramahnya.
Suasana begitu tenang, hening dan sunyi. Udara sangat dingin.

Para pekerja tertidur pulas di peraduannya, menghilangkan letih setelah seharian bekerja. Para pemikir menuangkan dan menyusun gagasan-gagasannya tanpa diganggu oleh anak, isteri atau murid-muridnya. Tidak ketinggalan, para penjahat melancarkan kejahatannya dengan leluasa.

Di saat itu, ...
Orang shaleh, calon penghuni surga, bangun dari istirahatnya, walau badan masih terasa letih dan mata masih mengantuk. Menanggalkan selimut tidurnya, melawan dinginnya malam.

Dibersihkannya diri dan hatinya, menghadap Sang Pencipta, dengan banyak berdzikir, shalat, doa, dan memohon ampun kepada-Nya.

Isak tangisnya, memecah keheningan malam. Menyesali dosa-dosanya, memohon ampunan dan mengemis kasih sayang-Nya.

Demikian, ... di sepertiga malam terakhir.

Saudaraku, ... Saat itu engkau ada di mana?