Saturday, May 26, 2007

Pagi-Mu Yang Indah

Alangkah indahnya pagi ini. Mentari bersinar cerah, angin bertiup lembut, burung-burung terbang ke sana ke mari dengan riangnya, hijau pepohonan dan bekas hujan yang mengguyur semalaman menambah kesejukan pagi ini.
Wajah-wajah ceria peserta kuliah dhuha Fokais PT Pusri, menambah kebahagiaan hati ini.

"Ya Allah, tolonglah hamba untuk selalu berdzikir, bersyukur, dan beribadah kepada-Mu dengan baik."

"Dengan keutamaan pagi-Mu, berikanlah kepada hamba, apa-apa yang telah Kau berikan kepada hamba-hamba-Mu yang shaleh."

Friday, May 25, 2007

Zaman Edan?

Dalam kehidupan sehari-hari, terkadang kita temui orang yang suka menyalahkan zaman (masa). Seakan-akan, zamanlah yang paling bertanggungjawab terhadap kekurangan-kekurangan yang ada saat ini. "Zaman ini zaman edan (gila)", katanya. Sehingga melakukan perbuatan yang edan dianggap sah-sah saja, karena memang sudah zamannya.

Suatu ketika, saya bersama beberapa teman membicarakan terntang sejarah Rasulullah. Sampailah kami pada kesimpulan, betapa sungguh-sungguhnya Rasulullah dan para sahabat dalam melakukan kebaikan dan perbaikan di muka bumi ini pada zaman mereka.

Kemudian ada seorang teman yang mengungkapkan lamunannya, "Duhai, alangkah indahnya ya, kalau saya hidup semasa dengan Rasulullah." Sejenak semua yang hadir saat itu terdiam. Mungkin ikut berandai-andai tentang keindahan hidup semasa dengan Rasulullah.

Di tengah keheningan saya balik bertanya, "Apa indahnya, jika saudara hidup semasa dengan Rasulullah, namun saat itu Saudara adalah kawan dekat Abu Jahal?" keadaan kemudian hening kembali. Barangkali masing-masing melanjutkan lamunannya.

Menurut saya, hidup di mana, dan di masa yang mana, bukanlah itu yang penting untuk dipikirkan. Yang sangat penting adalah, kapan dan di manapun kita berada, kita mampu tampil sebagai hamba Allah yang terbaik. Menurut Saudara bagaimana?

Wong Kang Sholeh Kumpulono

Pada tulisan yang lalu, saya, Mas Fakhrurrozy, Mas Hanafi, dan Teh Liez. Telah berdiskusi tentang "zaman edan". Kesimpulannya adalah bahwa bukan zamannya yang salah, tapi manusianya yang keliru dalam menyikapi zaman tersebut.

Pada setiap zaman ternyata ada orang baiknya dan ada pula orang jeleknya. Baik atau jelek seseorang di setiap zaman, tergantung jalan mana yang ia pilih, dan siapa yang dijadikannya sebagai kawan dekat.

Ada Habil, ada Qabil. Ada Musa, ada Fir'aun. Ada Muhammad, ada Abu Jahal. Inilah sebagian catatan sejarah, yang menunjukkan kepada kita bahwa di setiap zaman ada dua pilihan manusia, manusia yang hidup saat itu ada yang memilih kebenaran, ada pula yang memilih kesesatan, ada yang memilih kawan baik, ada pula yang memilih kawan jelek.

Di zaman sekarangpun, dua jalan tersebut terbentang di hadapan kita. Masing-masing memiliki komunitasnya. Terserah kita mau ikut yang mana, tak satupun dapat memaksa.

Hanya saja, kalau kita ingin bahagia dan hati kita tenang, ada nasehat yang harus kita turut, yaitu "Wong kang sholeh kumpulono", Bergaullah dengan orang-orang shaleh.

Orang shaleh bisa kita temui di mana saja, baik dunia nyata maupun dunia maya. Asalkan kita sungguh sungguh dalam mencarinya.

Thursday, May 24, 2007

Hidup Harus Memilih

Setiap saat dan setiap waktu, manusia selalu dihadapkan pada pilihan-pilihan. Kesuksesan seseorang ditentukan oleh ketepatannya dalam menentukan pilihan-pilihannya bagi hidupnya.

Perumpamaan yang tepat bagi pilihan-pilihan hidup ini adalah binatang ternak. Di dalam perutnya terdapat kotoran, darah, dan susu yang segar.

Hanya orang-orang cerdaslah yang tahu, mana dari ketiganya yang akan diminumnya.

Thursday, May 17, 2007

Kita Lahir Membawa Apa?

Kini. Sebagian kita punya pakaian yang beraneka macam, perhiasan yang indah, rumah yang mewah, kendaraan yang bagus, atau harta benda lain yang berharga.

Sebagian kita juga ada yang punya pangkat tinggi, kedudukan yang terhormat, atau gelar yang berderet.

Sungguh, semua itu tidak jadi masalah, bahkan itu hal yang halal bagi seorang manusia.

Yang menjadi masalah adalah, sebagian kita lupa bahwa ia dulu dilahirkan dalam keadaan miskin, tidak membawa apa-apa. Lemah, tidak bisa berbuat apa-apa. Dan bodoh, tidak mengerti apa-apa.

Ternyata, sudah sekian banyak nikmat Allah kita gunakan. Namun, apa terimakasih kita kepada-Nya?.

Friday, May 11, 2007

Menyambut Rizki Riang Gembira

"Rizkiku tidak akan dimakan oleh orang lain," begitu kata seorang ulama.

Ini adalah ungkapan keyakinan seorang yang beriman. Bahwa rizki seseorang sudah diatur oleh Allah, karenanya seseorang tidak boleh khawatir akan rizkinya, sebab Allah telah mengaturnya. Apa yang merupakan bagiannya akan sampai kepadanya. Dengan jalan yang mana?, Allah-lah Yang Maha Tahu.

Yang terpenting bagi kita adalah rajin berikhtiyar, mencari sebab-sebab yang halal untuk mencapai rizki.

Kita harus belajar dari burung, ia pergi di pagi hari, keluar dari sarangnya dalam keadaan lapar. Sore harinya ia pulang dalam keadaan kenyang. Ia sambut pagi yang cerah dengan kicauan merdu, terbang kesana-kemari penuh riang gembira menyambut rizki Allah yang menjadi jatahnya.

Tuesday, May 08, 2007

Apalah Dunia Dibandingkan Surga

Demi untuk perjumpaan dengan Allah, Surga dan keridhaan-Nya. Rasulullah, para Sahabat dan orang-orang shaleh terdahulu telah mengerahkan segela potensi yang dimiliki.

Malam harinya sedikit mereka tidur, terutama waktu istimewa yaitu sepertiga malam terakhir. Di waktu-waktu tersebut mereka lakukan shalat, dzikir, baca Al-Quran atau menangis mohon ampun kepada Allah.

Siangnya, dengan penuh semangat mereka berjuang mencari kebutuhan hidup sebagai sarana ibadah, dan dengan gigih menyampaikan kebenaran ke segenap penjuru.

Kalau nanti mereka berkumpul di dalam Surga, memang itu adalah buah dari jerih payah yang sudah dilakukan. Sementara kita, sudah di mana jerih payah kita?.

Diantara Kenikmatan Surga

Jika penghuni Surga telah masuk ke dalamnya, maka terdengar suara: "Kalian akan hidup selamanya dan tidak akan mati, sehat selamanya dan tidak akan sakit, muda selamanya dan tidak akan tua, senang selamanya dan tidak akan pernah susah." (HR. Muslim)


Seorang yang menempati Surga terendah ditawarkan kepadanya, "Khayalkanlah apa saja keinginanmu!", maka ia berkhayal dan berkhayal. Lalu dikatakan kepadanya, "Apakah kamu sudah berkhayal?", "sudah," jawanya. Lalu dikatakan kepadanya, "Untuk kamu apa yang kamu khayalkan itu, dua kali lipat." (HR. Muslim)

Ketika penghuni Surga telah masuk ke dalamnya, Allah berfirman: "Apakah kalian menginginkan tambahan dari-Ku?" mereka menjawab: "Bukankah Engkau telah menjadikan wajah kami putih berseri, bukankah Engkau telah memasukkan kami ke dalam Surga dan menyelamatkan kami dari Neraka?". Kemudian Allah membuka hijab-Nya, dan mereka melihat Allah. Tidak ada sesuatu yang lebih mereka sukai daripada melihat Allah tersebut. (HR. Muslim)

Allah juga berkata kepada penghuni Surga, "Apakah kalian sudah puas?", mereka menjawab: "Bagaimana kami tidak puas wahai Rabb-kami, Engkau telah memberikan kepada kami apa-apa yang tidak Engkau berikan kepada seorangpun dari ciptaan-Mu." Allah melanjutkan: "Sukakah kalian Aku beri yang lebih dari itu?" mereka menjawab: "Apakah ada yang lebih dari itu?". Allah menjawab: "Aku tetapkan kepada kalian keridha-an-Ku, lalu Aku tidak akan marah kepada kalian untuk selama-lamanya." (HR. Bukhari & Muslim)

Saturday, May 05, 2007

Cinta Yang Bersemi

"Jenang gulo kuwe ojo lali, marang aku iki yo Kang Mas. Nalikane nyandang susah, sopo seng ngancani"

Mengingat kebaikan orang lain dapat menjadikan rasa cinta makin bersemi. Begitu pula mengingat kebaikan-kebaikan istri dapat membuat rasa cinta sang suami terus bersemi.

Akan halnya saya, betapa banyak kebaikan-kebaikan yang telah diberikan oleh istri saya, sejak kami menikah hingga saat ini. Rasanya tidak tega melakukan sesuatu yang dapat menyakiti hatinya. Sekarang bagaimana dengan anda terhadap istri anda?

Menghargai Orang Lain

"Gajah mati meninggalkan gading, harimau mati meninggalkan belang. Demikian kata pepatah.
Tapi bagaimana kalau gajah dan harimaunya masih hidup?.
Kalau masih hidup pepatahnya dirubah, "Bertemu gajah lihat gadingnya, bertemu harimau lihat belangnya." begitu kira-kira.

Dalam hidup ini harus belajar menghargai orang lain. Dengan menghargai orang lain maka diri kita menjadi berharga. Lalu bagaimana memulainya?.

Cara memulainya sangatlah mudah. Carilah kelebihan-kelebihan setiap orang yang anda temui maka anda akan melihatnya sebagai orang yang berharga. Anda pun bisa menghargainya sebagai keluarga, tetangga atau teman. Anda bisa menghargainya sebagai sesama manusia atau sesama ciptaan Allah Yang Maha Kuasa.

Kalau sudah tidak ada lagi alasan bagi anda untuk menghargai seseorang, bisa jadi memang diri anda tidak berharga.

Friday, May 04, 2007

Karunia Yang Harus Disyukuri

"Langit yang biru, lautan yang luas, alamnya yang indah, bumiku Indonesia"

Itulah sepenggal lagu yang tadi pagi dinyanyikan oleh anak-anak TK Islam Terpadu Bina Ilmi Palembang mengiringi olah raga pagi mereka. Mendengarnya saya jadi membayangkan betapa karunia Allah untuk negeri ini begitu besar dan sangat indah.

Tanah yang subur membuat tanaman apa saja bisa tumbuh di daratannya, lautannya yang luas penuh dengan kekayaan, udaranya sejuk, sinar matahari tidak pernah absen menyinari negeri ini, air melimpah dari hujan dan sungai-sungai dan laut. Semuanya, adalah karunia yang seharusnya disyukuri, agar membawa berkah saat dinikmati.

Kini, ketika bencana datang silih berganti menimpa negeri ini, pantaskah masing-masing penghuninya hanya pandai menyalahkan pihak lain?, seakan tak satupun yang merasa bersalah?.

Barangkali, semua ini terjadi karena kita tidak lagi rajin mohon ampun kepada-Nya, sementara dosa-dosa kita selalu bertambah. Sedikit sekali kita menangis dan besujud di hadapan-Nya, memohon kasih sayang-Nya. Masih banyak di antara kita yang tidak takut akan siksa-Nya dan tidak lagi rindu pada surga-Nya. Masih banyak putera-puteri negeri ini yang belum bisa berterimakasih atas karunia yang begitu besar dan berharga.